Oleh : Maskum, S.Ag. MA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
- Hadirin para tamu undangan yang saya hormati,
- Bapk-bapak tokoh masyarakat yang saya hormati,
- Para ‘alim ulama yang di mulyakan Alah,
- Saudara mempelai yang berbahagia.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt, Allah Maha Pengasih yang tak pilih kasih, maha penyayang tapi sering kita lupakan. Atas karunia serta ridlo-Nya pada hari ini kita semua dapat ber-muwajahah dalam suasana penuh dengan suka cita dan rasa bahagia, dimana pada hari ini kita semua berkumpul untuk bersama-sama menyaksikan sebuah upacara yang sakral yakni akad nikah, dua insan yang akan mengikatkan diri dalam ikatan yang kokoh yang dibut dengan “mitsaqan ghalidho” dalam bentuk perkawinan.
Shalawat beserta salam semoga tetap atas junjungan kita Nabiyuna Muhammad Rasul Allah SAW. Yang di utus Allah untuk menuntun kita semua ke jalan keselamatan, kesejahtraan dan kebahagiaan hidup di dunia dan kelak di alam akhirat.
Saat ini kita semua berkumpul dengan sama-sama membawa suasana hati penuh dengan rasa suka cita, dan haru bersatu menjadi satu, menyaksikan dua insan yang penuh cinta kasih mewujudkan ‘azam´ mereka dalam bentuk pernikahan / perkawinan. Semoga saja pernikahan kedua mempelai ini mendapat limpahan kasih sayang Allah dan Rasulnya, dilapangkan rizkinya serta dijauhkan bala’nya.
Hadirin yang dirahmati Allah, pada kesempatan yang berbahagia ini saya ingin menyampaikan beberapa hal seputar perkawinan terutama berkaitan dengan kehati-hatian kita dalam memilih jodoh dan menetapkan pendamping hidup.
Hadirin dan saudara mempelai yang berbahagia.
Allah menciptakan manusia dari diri yang satu kemudian Allah menciptakan istri sebagai pasangan hidup dan dari pasangan hidup inilah kemudian Allah menjadikannya berkembang biak, bukan saja bersuku-suku akan tetapi Allah bahkan menjadikannya berbangsa-bangsa dan kemudian Allah memerintahkannya untuk saling mengenal “ta’aruf”.
Dalam QS. Al-Hujurat, 49: 13. Allah SWT berfirman ;
Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal, Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal. QS. Al-Hujurat ayat 13).
Dengan saling mengenal ini kemudian Allah mempertemukan kita semua masing-masing dengan jodohnya. Allah menciptakan semua yang ada di alam ini dengan memiliki pasangan-pasangan, ada siang ada malam, ada yang kaya ada yang miskin, ada sakit ada sehat, ada daratan ada juga lautan, ada laki-laki juga ada perempuan ada kebaikan ada pula kejahatan Kesemuanya ini adalah merupakan sunatullah.
Dalam hal memilih jodoh (baik laki-laki yang mencari calon istri, maupun perempuan yang mencari calon suami) ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan, hal ini berkaitan dengan kehati-hatian kita dalam menentukan pilhan pendamping hidup, sebab nikah bukanlah sekedar menyelesaikan upacara seremonial dengan ucapan ijab dan qabul, akan tetapi jauh didalamnya ada konsekwensi logis yang harus kita pikul, baik kapasitas kita sebagai suami maupun sebagai istri.
Mencari jodoh memang gampang-gampang susah, untuk itu waspadalah sebelum kita menetapkan pilihan kita, sebab jodoh kita sangat dipengaruhi oleh kebiasaan dimana kita berada (pergaulan hidup). Seorang ahlul masajid tidak akan menemukan jodoh dengan ahlul diskotik. Sebab orang yang rajin ke masjid tidak akan suka dengan pola hidup orang yang biasa ke diskotik begitu juga sebaliknya, maka mereka tidak akan berjodoh karena perbedaan prinsip hidup.
Perhatikan saja oran-orang disekeliling kita seorang karyawan biasanya ketemu jodonya dengan karyawan lagi, mahasiswa yang kuliah biasanya berjodoh dengan teman se-kampus-nya atau adik kelasnya atau paling tidak sesama mahasiswa meskipun beda kampus, orang yang doyan ke dugem biasanya ketemu jodonya juga sesama pehobi dugem.
Gambaran ini memang bukan satu hal yang bersifat mutlak akan tetapi pada umumnya yang terjadi adalah seperti ini. Untuk itu berhati-hatilah dalam bergaul ada pepatah mengatakan “bergaul dengan tukang minyak wangi akan terbawa wangi, dan bergaul dengan tukang terasi akan bau terasi”.
Apalagi dalam menetapkan jodoh kita harus ekstra hati-hati sebab kahidupan rumah tangga yang akan kita bangun ini bukan untuk coba-coba sifatnya, bahkan kalau bisa perkawinan ini bersifat permanen. Kehati-hatian kita dalam menetapkan pilihan teman hidup akan menghantarkan kita dalam kehidupan yang bahagia ataupun sengsara baik di dunia maupun akhirat kelak, sebab kita semua yakin bahwa ada kehidupan lain dikemudian hari.
Kiranya patut diperhatikan hadits Nabi Muhammad SAW di bawah ini ;
“Perempuan itu dikawini karena empat perkara; karena cantiknya atau karena keturunannya, atau karena hartanya atau karena Agamanya. Tetapi pilihlah yang beragama, agar selamatlah dirimu”. HR Bukhari dan Muslim.
Hadis diatas mengingatkan kita semua untuk berhati-hati dalam memilih jodoh. Jangan terpukau karena kecantikannya semata atau keturunannya semata atau karena hartanya semata tetapi yang utama adalah agamanya.
Memang kebanyakan laki-laki menyenangi perempuan yang cantik dan menarik, berharta, berkedudukan, bernasab tinggi atau kakek nenek moyangnya terpandang tanpa memperhatikan lagi keluhuran akhlaknya dan baik buruknya pendidikan agamanya. Sehingga perkawinan hanya menghasilkan kepahitan dan berahir dengan malapetaka dan kerugian.
Berkaitan dengan masalah ini Rasul Allah saw pernah mengingatkan dengan sabdanya :
Artinya “Jauhilah olehmu si cantik yang beracun!” Lalu seorang sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, siapakah si cantik yang beracun itu” ?Jawabnya : “perempuan yang cantik tetapi dalam lingkungan yang jahat. HR.Daruquthni.
Karena itu, Islam menganjurkan agar memilih istri atau suami yang shalih, yang dimaksud shalih disini adalah hidup mematuhi Agama dengan baik, bersikap dan berbudi pekerti yang luhur, memperhatikan hak-hak pasangannya, memelihara anak-anaknya dengan baik.
Untuk mempertegas peringatannya, Nabi pernah bersabda bahwa “sesungguhnya perempuan tak berhidung lagi budek, tetapi beragama adalah lebih baik baginya (daripada yang lainnya), (HR. Abd bin Hamid dalam sanadnya ada Abdur Rahman bin jiyad al-afriqy, seorang rawi yang lemah).
Tujuan peringatan ini dimaksudkan agar dalam perkawinan, tujuan utamanya janganlah mencari kepentingan-kepentingan duniawi semata-mata yang tidak dapat berbuah baik dan berguna bagi pelakunya. Akan tetapi yang wajib diperhatikan terlebih dahulu adalah persyaratan keagamaanya, karena dengan Agama itulah akal dan jiwa akan dapat terpimpin. Baru sesudah itu bolehlah diperhatikan sifat-sifat yang memang secara fitrah disenangi dan disukai oleh manusia.
Nabi memberikan gambaran perempuan yang ideal dimata suaminya dengan sabdanya :
Artinya : “perempuan yang terbaik yaitu bila kau lihat menyenangkan, bila kau perintah mematuhinya, bila kau beri janji diterimanya dengan baik, dan bila kau pergi, dirinya dan hartamu dijaganya dengan baik” (HR. Nasa’i dll, shahih)
Hadirin yang berbahagia, mudah-mudahan kita semua mendapatkan jodoh sesuai dengan keinginan hati kita dan tentunya sesuai dengan tuntunan yang diajarkan Rasul kita. Mudah-mudahan pula rumah tangga kita senantiasa berada dalam suasana Sakinah, Mawaddah dan Rahmah. Kita doakan pula agar pengantin yang akan mengarungi bahtra rumah tangga ini senantiasa rukun selalu. amin….
Marilah kita akhiri khutbah ini denga bersama-sama membaca Istigfar dan dua kalimah Syahadat, kita memohon ampun kepada Allah atas segala kekhilafan kita, baik yang disengaja maupun yang tak disengaja, baik yang terasa maupun yang tak tarasa. Kita Pertegas kesaksian kita bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan mempersaksikan bahwa Nabi Muhammad itu utusan Allah. Qullu Jami’an…..
- Istigfar 3 X
- Syahadat 3 X.
Akhirul kalam Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Rabu, 02 Februari 2011
Introsveksi Diri Memahami Kekurangan Pasangan
Oleh ; Maskum S.Ag.MA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
- Hadirin para tamu undangan yang saya hormati,
- Bapak-bapak tokoh masyarakat yang saya hormati,
- Para ‘alim ulama yang di mulyakan Alah,
- Saudara mempelai yang berbahagia.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt, Tuhan Maha Pengasih yang tak pilih kasih, maha penyayang sepanjang zaman, Atas karunia serta ridlonya pada hari ini kita semua dapat ber-muwajahah dalam suasana penuh dengan suka cita rasa bahagia, dimana pada hari ini kita semua berkumpul untuk bersama-sama menyaksikan sebuah upacara yang sakral, dua insan yang akan mengikatkan diri dalam ikatan yang kokoh yang dibut dengan “mitsaqan ghalidho” dalam bentuk perkawinan.
Shalawat beserta salam semoga tetap atas junjungan kita Nabiyuna Muhammad Rasul Allah SAW. Yang di utus Allah untuk menuntun kita semua ke jalan keselamatan, kesejahtran dan kebahagiaan hidup di dunia dan kelak di alam akhirat.
Saat ini kita semua berkumpul dengan sama-sama membawa suasana hati penuh dengan rasa suka cita, dan haru bersatu menjadi satu, menyaksikan dua insan yang penuh cinta kasih mewujudkan ‘azam´ mereka dalam bentuk pernikahan / perkawinan. Semoga saja pernikahan kedua mempelai ini mendapat limpahan kasih sayang Allah dan Rasulnya.
Saat ini kita semua berkumpul berbahagia menyaksikan tanda-tanda ke- Maha Besar-an, ke-Agungan dan kekuasaan Allah SWT. Yang telah menetapkan jodoh hambanya. Allah SWT dalam al-Qur’an surat ar-Rum 21 berfirman :
Artinya : ”Dan diantara tanda tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya; dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (ar-rum : 21). Dalam ayat lain QS. An-Nisa ayat 1 Allah berfirman ;
Artinya : “Wahai sekalian manusia bertaqwalah kepada Tuhan kamu, yang telah menjadikan kamu dari diri yang satu, dan menciptakan dari (diri itu) akan istrinya, dan dia kembang biakan daripada keduanya laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling bertanya satu sama lain dan berhubungan bersilaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu” (Qs. An-Nisa : 1).
Berdasarkan kedua ayat tadi (disamping ayat-ayat lain) ditegakanlah panji-panji hubungan insaniyyah melalui perkawinan dalam Islam yang diatur sedemikian rupa, dan dengan perkawinan itu didirikan rumah tangga dan dibangun keluarga serta kekeluargaan berdasarkan nilai-nilai Islam dengan dipenuhinya syarat rukun Nikah menurut ajaran dan norma-norma Islam.
Ayat diatas menjelaskan bahwa hakekatnya seluruh manusia itu kejadiannya adalah satu ‘minnafsiwahidah’. Dari yang satu itu itulah dijadikan istri untuk pasangan hidup, kemudian Allah mengaturnya dengan perkawinan sehingga tercapai ketenangan ‘sakinah’.
Setelah mendapatkan nikmat ketenangan ‘sakinah’ Allah menyambungnya lagi dengan kenikmatan berupa mawaddah dan rahmah atau disebut dengan cinta dan kasih sayang. Mawaddah ( rasa cinta) merupakan kulit luar hiasan duniawi, rasa cinta ini sangat menonjol sebelum perkawinan, kebulatan cinta sepasang kekasih lebih bulat dari cincin yang melingkar di jari manis anda berdua seperti yang anda pakai sekrang ini..
Ketahuilah bahwa kebulatan rasa cinta itu akan semakin bulat setelah anda memasuki perkawinan, dengan perkawinan itu pula Allah menambahkan nikmatnya untuk kita berupa rasa kasih sayang ‘rahmah’, namum ketahuilah bahwa bulatnya cinta dan kasih sayang itu akan menjadi ganda, yaitu dengan bulatnya tanggung jawab sebagai seorang suami dan tanggung jawab sebagai seorang istri. Karena itu Rasul Allah pernah bersabda “ Aqad nikah itu ringan di ucapkan tetapi berat dalam timbangan”.
Sebagian besar diantara kita sebelum menikah yang terbayang dalam pikiran kita adalah bahwa dengan menikah kita akan memperoleh yang indah, manis, menyejukan, menyenangkan, sangat menawan penuh dengan bunga-bunga cinta dan penuh dengan kebahagiaan.
Hal ini tidak salah, ada benarnya. Akantetapi ketika perjalanan dalam mengarungi bahtera rumah tangga berjalan kian hari bertambah bulan berganti taun, dimana pergaulan suami istri semakin terbuka, hilangnya tabir yang menyelimuti dan semakin tampaknya karakter asli dari masing-masing pasangannya, maka mulai sat itulah dimulainya suatu proses adaptasi yang cukup berat bahkan tidak sedikit yang berahir dengan tragis (perceraian), tidak sedikit pula diantara kita yang hanya mampu bertahan seumur jagung.
Problematika kehidupan rumah tangga akan semakin terasa ketika himpitan kehidupan semakin keras mendera kita, coba kita bayangkan ketika anak sakit, susu habis, beras habis dan uang gak punya, ditambah tabiat pasangan yang tidak mau mengerti dengan situasi yang ada dalam rumah tangga, ditambah muncul orang ketiga atau keempat dan masalah-masalah lainya, maka semakin kompleks-lah masalah rumah tangga yang kita hadapi.
Dalam kondisi yang sulit semacam itu, yang harus kita sadari adalah ;
- Sadari bahwa suami kita bukanlah malaikat dari langit yang penuh dengan kesempurnan.
- Sadri bahwa istri jiga bukan bidadari yang turun dari surga yang penuh dengan gemerlap keindahan.
- Kita adalah manusia biasa yang tidak luput dari kekurangan, salah dan lupa
- Perkecil hal-hal yang menjurus dan atau berakibat terjadinya perselisihan
- Kuatkanlah Iman dan taqwa serta kepasrahan diri setelah berusaha
- Pupuk rasa Mahabah dan rahmah, maka insya Allah sakinah
Yang terpenting yang harus kita jaga ketika berada dalm konflik rumah tangga adalah kehati-hatian seorang suami dalam berucap dengan kata-kata yang mengakibat kan putusnya perkawinan, yaitu kata-kata at-Thalak (cerai).
Kata Talak menurut fiqh bisa jatuh dengan bahasa sidiran ‘qinayah’ apalagi dengan kat-kata yang tegas ‘Sharih’ bahkan sebagian imam mazhab berpendapat meskipun kata-kata itu diucapkan dengan motif nakut-nakutin istri.
Untuk itu hati-hatilah hususnya kepada para suami jangan bercanda-canda dengan kata talak sebab itu memiliki dampak hukum yakni putusnya/rusaknya perkawinan, meskipun dalam kondisi tertentu seseorang boleh melakukan itu, tapi ketahuilah bahwa “perceraian/Talak Adalah sebuah perbuatan yang halal tetapi dimurkai Allah”. hadits Nabi menyatakan ;
Hadirin sekalian yang dirahmati Allah, ingin rasanya lebih panjang lebar berbicara berkaitan dengan masalah seputar perkawinan ini, akan tetapi mengingat keterbatasan waktu yang disediakan panitia, maka dengan ucapan permohonan maaf, kita akhiri khutbah nikah singkat ini dengan bersama-sama mengucapkan istigfar memohon ampun kepada Allah SWT. dan membaca Syahadat mempertegas kesaksian kita bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Bersaksi Bahwa Nabi Muhammad itu adalah utusan Allah. Mari kita bersama-sama membaca ;
- Ucapan Istigfar 3 X
- Ucapan Syahadat 3 X.
Langganan:
Postingan (Atom)