SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG DI KUA BEBER CIREBON .....

Minggu, 08 Januari 2012

Agar Tidak Tersesat Jalan Menuju Hati Pasangan

Oleh : Cahyadi Takariawan

gambar : Google
gambar : Google
Anda pernah ke Jogjakarta ? Jika anda pernah ke Jogjakarta sepuluh tahun yang lalu, sekitar tahun 2000, dan anda baru kembali pada tahun baru 2011 ini, pasti anda akan melihat banyak perubahan. Ada banyak gedung, ada banyak hotel, mall, rumah makan, dan toko baru. Ada suasana dan nuansa baru. Jalan lebih ramai dan padat. Bahkan ada jalan dan gang baru. Namun ada juga yang sudah hilang dan berganti bentuk.
Sebuah Peta Telah Usang
Berbekal peta dan pengetahuan tentang Jogja sepuluh tahun yang lalu, anda bisa dibuat bingung saat mencari alamat sahabat. “Dulu tidak seperti ini”, komentar anda saat menyaksikan banyak sekali perubahan di sekitar rumah sahabat anda. “Hampir saja saya tidak mengenali lagi”, tambah anda.
Itu baru perubahan sepuluh tahun. Bagaimana kalau duapuluh tahun ? Tentu lebih banyak lagi perubahan yang terjadi. Namun jika anda bertanya kepada orang yang setiap hari tinggal di Jogja, dia akan mengatakan, “Biasa saja. Jogja dari dulu juga seperti ini. Ada Tugu, Malioboro, Alun-alun, Kraton, Parangtritis, Kaliurang, Prambanan… Apanya yang berubah ?”

Karena menyaksikan setiap hari, membersamai perubahan setiap hari, mengenali setiap hari, maka perkembangan apapun selalu diikutinya. Ia tahu saat pembangunan Ambarukmo Plaza, Saphir Square, munculnya Carrefour, munculnya Lotte Mart, Apotek K-24, dan Taman Pintar. Ia mengetahui proses pelebaran jalan utama Jogja – Solo. Ia mengetahui proses perluasan bandara Adi Sucipto. Ia mengetahui proses pembangunan halte Trans Jogja.
Ia mengetahui penambahan route kereta api Prameks. Ia mengetahui sejumlah ruas jalan yang dulu dua arah sekarang menjadi searah. Ia mengetahui menjamurnya arena futsal yang sempat digandrungi anak-anak muda Jogja. Bahkan mengetahui proses tumbuh kembangnya pepohonan yang menjadi pembatas ruas jalan di sepanjang Ring Road.
Karena mengetahui proses perubahan setiap hari, maka informasi selalu bersambung, tidak ada yang terputus. Semua perkembangan dan perubahan terekam dengan baik, hari demi hari. Berbeda dengan anda yang terputus informasi selama sepuluh tahun. Berbekal pengetahuan dan peta sepuluh tahun yang lalu. Berbekal pengalaman yang tidak berkembang selama sepuluh tahun. Memasuki Jogja penuh dengan hal-hal baru. Sepuluh tahun yang lalu belum hal yang belum ada. Akumulasi perkembangan selama sepuluh tahun cukup mengagetkan. Ternyata sudah sangat banyak yang berubah.
Nah, jika anda mengalami kondisi seperti itu, yang anda perlukan adalah peta Jogja terbaru. Dengan peta terbaru itu, anda akan menjadi mudah mengenal Jogja, mudah mencapai tujuan yang anda kehendaki. Dengan peta terbaru itu, tidak akan kesulitan apabila menemui kondisi yang tidak diharapkan, karena mengerti jalan keluarnya. Misalnya dari ujung Malioboro anda akan menuju Kraton, namun ternyata ada kemacetan di depan gedung DPRD. Jika peta anda lengkap, anda tahu bagaimana cara menuju Kraton tanpa harus menyusuri sepanjang Malioboro. Anda bisa lewat sejumlah gang, dan akhirnya sampai juga ke Kraton.

gambar : Google
gambar : Google
Keluarga adalah Organisme Hidup
Demikian pula dengan rumah tangga kita. Yang harus kita ingat pertama kali adalah, keluarga itu “organisme hidup”. Dia bukan benda mati. Karena isinya adalah manusia yang lengkap segala potensinya. Semua anggota keluarga adalah manusia utuh, memiliki jiwa, memiliki hati, akal, pikiran, keinginan, kecenderungan, harapan dan juga berbagai kebiasaan yang selalu berkembang. Dari waktu ke waktu, dari hari ke hari, selalu ada yang baru pada diri kita dan pasangan kita.
Dengan kesadaran ini, kita menjadi memahami bahwa pasangan hidup kita saat ini bukanlah seseorang yang duduk di pelaminan sekian tahun yang lalu. Dia adalah seseorang yang telah berubah dan berkembang, dan menjadi dirinya pada saat ini. Apakah kita masih mengenalinya dengan baik ?
Hal-hal yang dulu tidak terpikirkan, sekarang menjadi beban pikiran. Hal-hal yang dulu tidak dirasakan, sekarang mulai dirasakan. Keinginan yang dulu tidak terbayangkan, sekarang muncul dengan kuat. Sebagaimana ada kebiasaan yang berubah. Ada kebiasaan yang baru muncul sejalan dengan perkembangan usia, adapula kebiasaan yang mulai ditinggalkan. Benar-benar berkembang, dan banyak suasana baru. Baik dalam arti bertambah, karena dulu tidak ada, atau berkurang dari yang semula ada.
Kesibukan suami dan isteri kadang menyebabkan suasana kehidupan yang berjalan mekanis. Sekedar melakoni rutinitas hidup sebagai suami dan sebagai isteri. Bangun pagi, berangkat bekerja dan beraktivitas, pulang sudah malam. Begitu setiap hari hidup dijalani. Jarang sekali ada waktu untuk bercengkerama berdua, bercerita, bermesraan, mengobrol, berdiskusi, bercerita tentang apa saja. Suasana keluarga menjadi ritme yang sangat monoton dan membosankan bagi semua anggota keluarga.
Suami lebih peduli dengan pekerjaan kantor atau aktivitas di luar rumahnya, daripada renik-renik rumah tangga. Isteri sibuk dengan seabreg aktivitas rutinnya, sehingga mengabaikan perhatian terhadap suami dan anak-anak. Mereka bahkan kadang tidak menyadari, setiap hari terjadi perubahan di dalam rumahnya. Hasil interaksi dan komunikasi dengan berbagai pihak, telah memberikan pengalaman, pemikiran serta cara pandang baru pada suami dan isteri. Ada sesuatu yang terus berubah dari waktu ke waktu.
Atas nama kesibukan menjalani pekerjaan dan serangkaian aktivitas keseharian, suami dan isteri jarang memiliki kesempatan mencurahkan perasaan dan isi hati. Masing-masing larut oleh dinamika di dunia yang berbeda. Hingga akhirnya, mereka menemukan situasi saling asing. Merasa biasa-biasa saja, tidak ada yang luar biasa dalam kualitas interaksi suami isteri. Kondisi ini bisa mencapai ketegangan dengan perasaan saling tidak mengenal.

gambar : Google
gambar : Google
Ketika Tidak Memiliki Peta yang Lengkap
Ketika pada suatu saat mereka menemukan jalan buntu dalam menghadapi persoalan rumah tangga, mereka tidak mengerti apa yang harus dilakukan. Diskusi dan komunikasi sudah tidak bisa dilakukan lagi. Mentok, mampet. Suami emosional, isteri marah-marah. Pembicaraan tidak bisa berlangsung, karena selalu berujung kemarahan dan emosi yang memuncak dari kedua belah pihak. Akhirnya muncul suasana tegang dan berlama-lama dalam aksi saling mendiamkan.
Apa yang sedang terjadi ? Mereka berdua tidak memiliki peta kasih yang lengkap. Mereka tidak memiliki peta kasih terbaru dari pasangannya. Suami menganggap isterinya masih sebagaimana sepuluh tahun yang lalu. Isteri tidak mengerti berbagai perubahan pada suami sepuluh tahun terakhir ini. Ya, pengetahuan mereka sudah berhenti sejak sepuluh tahun yang lalu. Menganggap bahwa pasangannya akan selalu seperti itu, tidak akan berubah, selamanya.
Jika saja suami mengetahui peta kasih dengan detail, ia akan mengetahui bukan hanya jalan tol, jalan utama dan jalan-jalan besar saja untuk menuju kepada hati dan perasaan sang isteri. Ia akan mengetahui gang-gang sempit, bahkan jalan “tikus” sebagai jalan alternatif yang bisa ditempuh. Saat jalan utama tertutup, ia tidak dibuat bingung. Masih banyak gang, masih banyak lorong, masih banyak jalan-jalan kecil menuju hati dan perasaan isteri. Tidak akan menemui kebuntuan.
“Apa yang harus saya lakukan, suami saya sudah tidak mau diajak bicara lagi”, keluh seorang isteri kepada saya selaku konsultan keluarga.
“Apa yang harus saya lakukan, isteri saya tidak mau diskusi lagi. Bisanya hanya menangis dan marah-marah saja”, keluh seorang suami saat konsultasi kepada saya.
Pertanyaan-pertanyaan ini menandakan, pengetahuan tentang peta kasih yang dimiliki cukup terbatas. Begitu suami tidak bisa diajak mengobrol, begitu isteri tidak menjawab pertanyaan, dianggap semua sudah buntu dan tidak ada jalan alternatif lagi. Ia tidak memiliki peta yang cukup rinci tentang suaminya sendiri, seseorang yang ditemaninya setiap hari. Ia tidak cukup mengenal peta tentang isterinya sendiri, seseorang yang dibersamainya setiap hari.
Andai saja mereka berdua memiliki peta kasih yang cukup lengkap, niscaya tidak dibuat bingung oleh fenomena macetnya komunikasi. Banyak sekali jalan menuju hati dan perasaan pasangan. Banyak sekali gang dan lorong menuju jiwa pasangan kita.