SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG DI KUA BEBER CIREBON .....

Rabu, 02 Februari 2011

Introsveksi Diri Memahami Kekurangan Pasangan

Oleh ; Maskum S.Ag.MA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

- Hadirin para tamu undangan yang saya hormati,
- Bapak-bapak tokoh masyarakat yang saya hormati,
- Para ‘alim ulama yang di mulyakan Alah,
- Saudara mempelai yang berbahagia.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt, Tuhan Maha Pengasih yang tak pilih kasih, maha penyayang sepanjang zaman, Atas karunia serta ridlonya pada hari ini kita semua dapat ber-muwajahah dalam suasana penuh dengan suka cita rasa bahagia, dimana pada hari ini kita semua berkumpul untuk bersama-sama menyaksikan sebuah upacara yang sakral, dua insan yang akan mengikatkan diri dalam ikatan yang kokoh yang dibut dengan “mitsaqan ghalidho” dalam bentuk perkawinan.
Shalawat beserta salam semoga tetap atas junjungan kita Nabiyuna Muhammad Rasul Allah SAW. Yang di utus Allah untuk menuntun kita semua ke jalan keselamatan, kesejahtran dan kebahagiaan hidup di dunia dan kelak di alam akhirat.
Saat ini kita semua berkumpul dengan sama-sama membawa suasana hati penuh dengan rasa suka cita, dan haru bersatu menjadi satu, menyaksikan dua insan yang penuh cinta kasih mewujudkan ‘azam´ mereka dalam bentuk pernikahan / perkawinan. Semoga saja pernikahan kedua mempelai ini mendapat limpahan kasih sayang Allah dan Rasulnya.
Saat ini kita semua berkumpul berbahagia menyaksikan tanda-tanda ke- Maha Besar-an, ke-Agungan dan kekuasaan Allah SWT. Yang telah menetapkan jodoh hambanya. Allah SWT dalam al-Qur’an surat ar-Rum 21 berfirman :
   Artinya : ”Dan diantara tanda tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya; dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (ar-rum : 21). Dalam ayat lain QS. An-Nisa ayat 1 Allah berfirman ;  
 
Artinya : “Wahai sekalian manusia bertaqwalah kepada Tuhan kamu, yang telah menjadikan kamu dari diri yang satu, dan menciptakan dari (diri itu) akan istrinya, dan dia kembang biakan daripada keduanya laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling bertanya satu sama lain dan berhubungan bersilaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu” (Qs. An-Nisa : 1).

Berdasarkan kedua ayat tadi (disamping ayat-ayat lain) ditegakanlah panji-panji hubungan insaniyyah melalui perkawinan dalam Islam yang diatur sedemikian rupa, dan dengan perkawinan itu didirikan  rumah tangga dan dibangun keluarga serta kekeluargaan berdasarkan nilai-nilai Islam dengan dipenuhinya syarat rukun Nikah menurut ajaran dan norma-norma Islam.
Ayat diatas menjelaskan bahwa hakekatnya seluruh manusia itu kejadiannya adalah satu ‘minnafsiwahidah’. Dari yang satu itu itulah dijadikan istri untuk pasangan hidup, kemudian Allah mengaturnya dengan perkawinan sehingga tercapai ketenangan ‘sakinah’.
Setelah mendapatkan nikmat ketenangan ‘sakinah’ Allah menyambungnya lagi dengan kenikmatan berupa mawaddah dan rahmah atau  disebut dengan cinta dan kasih sayang. Mawaddah ( rasa cinta) merupakan kulit luar hiasan duniawi, rasa cinta ini sangat menonjol sebelum perkawinan, kebulatan cinta sepasang kekasih lebih bulat dari cincin yang melingkar di jari manis anda berdua seperti yang anda pakai sekrang ini..
Ketahuilah bahwa kebulatan rasa cinta itu akan semakin bulat setelah anda memasuki perkawinan, dengan perkawinan itu pula Allah menambahkan nikmatnya untuk kita berupa rasa kasih sayang ‘rahmah’, namum ketahuilah bahwa bulatnya cinta dan kasih sayang itu akan menjadi ganda, yaitu dengan bulatnya tanggung jawab sebagai seorang suami dan tanggung jawab sebagai seorang istri. Karena itu Rasul Allah pernah bersabda “ Aqad nikah itu ringan di ucapkan tetapi berat dalam timbangan”.
Sebagian besar diantara kita sebelum menikah yang terbayang dalam pikiran kita adalah bahwa dengan menikah kita akan memperoleh yang indah, manis, menyejukan, menyenangkan, sangat menawan penuh dengan bunga-bunga cinta dan penuh dengan kebahagiaan.
Hal ini tidak salah, ada benarnya. Akantetapi ketika perjalanan dalam mengarungi bahtera rumah tangga berjalan kian hari bertambah bulan berganti taun, dimana pergaulan suami istri semakin terbuka, hilangnya tabir yang menyelimuti dan semakin tampaknya karakter asli dari masing-masing pasangannya, maka mulai sat itulah dimulainya suatu proses adaptasi yang cukup berat bahkan tidak sedikit yang berahir dengan tragis (perceraian), tidak sedikit pula diantara kita yang hanya mampu bertahan seumur jagung.
Problematika kehidupan rumah tangga akan semakin terasa ketika himpitan kehidupan semakin keras mendera kita, coba kita bayangkan ketika anak sakit, susu habis, beras habis dan uang gak punya, ditambah tabiat pasangan yang tidak mau mengerti dengan situasi yang ada dalam rumah tangga, ditambah muncul orang ketiga atau keempat dan masalah-masalah lainya, maka semakin kompleks-lah masalah rumah tangga yang kita hadapi.
Dalam kondisi yang sulit semacam itu, yang harus kita sadari adalah ;

-          Sadari bahwa suami kita bukanlah malaikat dari langit yang penuh dengan kesempurnan.
-          Sadri bahwa istri jiga bukan bidadari yang turun dari surga yang penuh dengan gemerlap keindahan.
-          Kita adalah manusia biasa yang tidak luput dari kekurangan, salah dan lupa
-          Perkecil hal-hal yang menjurus dan atau berakibat terjadinya perselisihan
-          Kuatkanlah Iman dan taqwa serta kepasrahan diri setelah berusaha
-          Pupuk rasa Mahabah dan rahmah, maka insya Allah sakinah

Yang terpenting yang harus kita jaga ketika berada dalm konflik rumah tangga adalah kehati-hatian seorang suami dalam berucap dengan kata-kata yang mengakibat kan putusnya perkawinan, yaitu kata-kata at-Thalak (cerai).
Kata Talak menurut fiqh bisa jatuh dengan bahasa sidiran ‘qinayah’ apalagi dengan kat-kata yang tegas ‘Sharih’ bahkan sebagian imam mazhab berpendapat meskipun kata-kata itu diucapkan dengan motif nakut-nakutin istri.
Untuk itu hati-hatilah hususnya kepada para suami jangan bercanda-canda dengan kata talak sebab itu memiliki dampak hukum yakni putusnya/rusaknya perkawinan, meskipun dalam kondisi tertentu seseorang boleh melakukan itu, tapi ketahuilah bahwa “perceraian/Talak Adalah  sebuah perbuatan yang halal tetapi dimurkai Allah”. hadits Nabi menyatakan ;
Hadirin sekalian yang dirahmati Allah, ingin rasanya lebih panjang lebar berbicara berkaitan dengan masalah seputar perkawinan ini, akan tetapi mengingat keterbatasan waktu yang disediakan panitia, maka dengan ucapan permohonan maaf, kita akhiri khutbah nikah singkat ini dengan bersama-sama mengucapkan istigfar memohon ampun kepada Allah SWT. dan membaca Syahadat mempertegas kesaksian kita bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Bersaksi Bahwa Nabi Muhammad itu adalah utusan Allah. Mari kita bersama-sama membaca ;
- Ucapan Istigfar 3 X
- Ucapan Syahadat 3 X.

Akhirul Kalam, Wassalamu’alakum Wr. Wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar