Materi
Pembinaan keluarga sakinah
Oleh : Maskum S.Ag. MA
Pendahuluan
Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dengan melihat tujuan dari perkawinan tersebut, yang tergambar dalam
bayangan kita adalah kebahagian dan ketenangan hidup berumah tangga dan itu
adalah harapan semua orang yang berumah tangga. Rasanya tidak akan ada sebuah keluarga
yang antara suami dan istrinya terjadi
pertengkatan terus menerus, namun kadang-kadang jauh panggang dari api yang
terjadi justru rumah tangga selalu “gudreg’ bahkan sampai berujung tragis yakni
perceraian, meskipun perceraian itu dibolehkan dan halal akan tetapi perbuatan
itu sebenarnya dibenci Allah.
Setiap keluarga memiliki
masalahnya masing-masig yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya
sehingga pada kenyataannya tidak sedikit keluarga selalu bertengkar yang
kadang-kadang pertengkaran itu terjadi dari hal yang spele, ada juga rumah
tangga yang kelihatannya dari luar adem ayem, bahagia, sejahtra, tapi di
dalamnya ibarat api dalam sekam. Bagi keluarga muslim jauhilah pertengkaran itu
sebab ‘rumah tangga yang selalu
didalamnya ada pertengkaran antara suami dan istrinya itu akan menyebabkan
jauhnya rezeki’.
Emosi marah biasanya muncul karena adanya masalah yang membuat
seseorang bangkit emosi marahnya. Sesungguhnya masalah apapun akan jadi
pertengkaran dalam rumah tangga jika kita tidak bisa melakukan manajemen emosi
dalam rumah tangga, dengan demikian kita
di tuntut dapat mengatur emosi agar tidak mudah terpancing dan tetap stabil
serta proporsional dalam hal marah.
Pada proses adaptasi biasanya muncul konflik-konflik antara suami
dan istri yang berujung dengan pertengkaran. Hal ini dikarenakan proses
adaptasi awal pada saat “berpacaran” (dalam bahasa agama disebut ta’aruf) adalah adaptasi yang semu.
Dikatakan semu karena Masing-masing masih menyembunyikan karakter
dan tabiat aslinya. Akan tetapi berbeda setelah jadi suami istri, proses
adaptasi itu bersifat riil sebab masing-masing akan mengetahui karakter serta
tabiat asli dari pasanyanya itu, sebab kita mengetahui pasangan hidup kita dari
sejak bangun tidur hingga tidur lagi.
Sesungguhnya konflik dalam keluarga akan muncul dengan berbagai
latar belakang kejadian seperti karena :
-
Mis
komunikasi
-
Anak.
-
Stress
dengan pekerjaan
-
Cemburu
-
Ekonomi
-
Orang
Ketiga (mertua, selingkuh)
-
Akhlak
(pemabuk, penjudi)
-
Beda Agama
Mis komunikasi
Sebuah keluarga baik yang baru menikah maupun yang sudah lama
menikah, pasti akan selalu mengalami proses adaptasi yang terus menerus selama
kehidupan rumah tangga kita berlangsung. Hal ini dikarenakan hidup ini adalah proses dan problem dan selama prose situ, problempun
akan muncul dalam keseharian kita, baik itu problem yang datangnya dari dalam
diri kita maupun yang datang dari luar.
Pada saat proses adaptasi antara suami dan istri ini akan muncul
sikap yang disukai dan tidak disukai oleh kita. Ketika pasangan kita melakukan
perbuatan yang tidak kita sukai pada umumnya akan bersikap sinis dan melakukan protes atas perbuatan
yang dilakukan pasangannya itu, akan tetapi ada juga yang tidak bereaksi dan
memilih diam dan menyimpannya dalam hati.
Ketika sesuatu yang tidak disukai itu dilakukan oleh pasangan kita,
maka kita mungkin akan bereaksi sepontan
dengan melakukan protes jangan begitu jangan begini, tapi mungkin juga kita
hanya diam dan menyimpan dalam hati. Ketika kita protes langsung mungkin akan
lngsung mendapat reaksi pula dari pasangan kita yang kita protes itu, akan
tetapi mungkin juga dia tidak bereaksi tapi mungkin diam menerima kesalahan,
akan tetapi bisa jadi juga mungkin diam-diam menyimpannya dalam hati.
Untuk menghindar dari konfilk karena tersumbatnya komunikasi, maka
sebaiknya kita selalu melakukan komunikasi dua arah antara kita dengan pasangan
kita dalam setiap kesempatan. Kita bahas hal-hal yang kita tidak sukai dari
pasangan kita itu dengan saling terbuka. Kemukakan hal-hal yang tidak disukai
dari pasangan kita itu, sehingga pasangan kita mengerti apa yang tidak disukai
dari dirinya oleh pasangannya itu. Jangan simpan sesuatu dalam hati ketika
pasangan kita melakukan perbuatan yang tidak kita sukai sebab itu akan menjadi
bom waktu.
Usahakan pasangan kita tau apa keinginan dan harapan kita dari
pasangan kita itu, jangan pernah memendam permasalahan sampai berlarut-larut
sekecil apapun masalah itu, sebab hal itu akan memiliki ekses negative untuk
keharmonisan rumah tangga kita.
Yang terpenting kita lakukan adalah persoalan cara dalam
menyampaikannya, lakukanlah dengan musyawarah, diskusi yang sehat dengan hati
jernih, suasana yang tenang, dan jangan bawa masalah sampai ke ranjang sebab
itu akan mengganggu hubungan intim suami istri.
Anak
Anak adalah karunia ilahi yang tiada ternilai harganya, tiada
kebahagiaan sebuah rumah tangga tanpa kehadiran seorang anak. Anak dalam
keluarga adalah pelipur lara penghilang rasa letih dan dahaga hati. Kasih
sayang orang tua terhadap anak kadang melebihi daripada kasih sayang kita
kepada pasangan kita.
Bukti bahwa anak sebagai obat hati pelipur lara, adalah berdasarkan
pengalaman para orang tua dan orang-orang yang berkeluarga dan sudah memiliki
keturunan. Hilang rasanya rasa letih setelah seharian bekerja kemudian pulang
kerumah dan bertemu anak, terutama jika anak itu masih dalam masa momongan dan
sedang lucu-lucunya untuk diajak bercanda
Akan tetapi jangan dikira bahwa persoalan anak-pun bisa menjadi
sumber masalah antara suami dan istri dalam sebuah keluarga, bahkan kita bisa
bertengkar dengan tetangga gara-gara anak-anak.
Contoh anak jadi masalah umpamanya ketika seorang ayah yang
bertindak tegas kepada anaknya dengan memberikan hukuman karena ia berbuat
salah, kemudian si ibu tidak setuju dengan hukuman yang diberikan ayahnya,
lantas di depan anak si Ibu membela anak dan memaki sang ayah.
Kejadian seperti tersebut tadi bukan saja menjadi pertengkaran antar
suami istri, akan tetapi berakibat buruk kepada si anak karena merasa dirinya
ada yang membela sehingga ia akan cenderung mengulang kesalahannya itu karena
dalam prem pemikirannya toh kalaupun dia salah tetap ada yang membela yaitu
sang ibu yang terlalu memanjakan anaknya. Kejadian semacam ini bisa juga
terbalik justru sang ayah yang terlalu sayang tanpa aturan kepada anak,
sementara si Ibu yang di marahi sang ayah karena menghukum anaknya.
Lebih-lebih jika orang tua yang selalu membela anaknya meskipun
salah, ketika anaknya bermasalah dengan anak tetangganya, maka yang terjadi
selanjutnya adalah bertengkar antar orang tua, sementara anaknya sudah main
kelereng bareng dan main lompat tali
atau main petak umpet dan mainan lainya, sementara orang tuanya selalu
bermusuhan gara-gara anak yang bertengkar.
Sikap yang harus kita lakukan adalah sikap proporsional, adakalanya
kita harus marah tapi adakalanya juga kita harus lembut, akantetapi jangan
coba-coba membela anak ketika anak itu mendapatkan hukuman selagi tidak
membahayakan jiwa dan raganya.
Contoh kecil lain umpamanya anak salah kemudian dihukum dengan tidak
diberi uang jajan, akan tetapi diam-diam salah satu diantara kita yang tidak
menghukum ternyata dibelakang kita memberinya uang jajan, maka selanjutnya
jangan harap anak akan cepat punya rasa tanggung jawab dan takut dengan hukuman sebab masih ada yang
membelanya, yang jadi masalah baru jika pasangan kita tau, maka terjadilah
pertengkaran dalam keluarga gara-gara anak.
Stress Karena Pekerjaan
Pekerjaan bisa juga jadi sumber
pertengkaran dalam keluatga ketika kita tidak bisa memilah mana urusan
pekerjaan dan mana urusan rumah tangga. Permasalahan di kantor di bawa ke rumah
atau sebaliknya permasalahan di rumah dibawa ke kantor, jika sudah terjadi
demikian maka akan runyam jadinya. Bukan saja bermasalah dengan orang rumah
tetapi kita juga bisa bermasalah dengan kawan-kawn di kantor.
Seorang suami yang gila kerja atau
seorang istri yang juga bekerja dan gila kerja, mengakibatkan lupa hak dan
kewajiban suami Istri, apalagi jika ke dua-duanya sama-sama membawa pekerjaan kantor
ke rumah, rumah jadi kantor ke dua yang mestinya rumah jadi tempat istirahat
dan bercanda ria dengan anggota keluarga yang terjadi justru sebaliknya
masing-masing sibuk dengan pekerjaannya yang akibatnya hilang komunikasi dan
masing-masing merasa tidak diperhatikan.
Hilangnya perhatian terhadap anggota keluarga, maka akan ada ekses
negative. Si anak merasa tidak diperhatikan di rumah dari kedua orang tuanya
dia akan mencari perhatian dari orang lain karena tidak mendapatkannya di
rumah, yang pada umumnya mereka melakukan kenakalan dalam mencari perhatiannya
itu. Si istri merasa tidak diperhatikan oleh suami atau suami merasa tidak
mendapat perhatian dari sang istri, maka bisa jadi muncul pemikiran untuk
mencari perhatian di luar dari lawan jenisnya dan selanjutnya bisa ditebak apa
yang terjadi.
Yang lebih rentan pertengkaran adalah jika suami bekerja, istri
tidak bekerja selalu diam di rumah sementara suami penggila kerja, dia selalu
sibuk dengan pekerjaannya bahkan dia selalu membawa pekerjaan kantor ke rumah,
plus dengan masalah-masalahnya, sementara dia lupa dengan kebutuhan yang
diharapkan sang istri yakni perhatian, kasih saying dan juga kehangatan. Ya
kalau istri nerima di acuhkan seperti itu kalau tidak kan yang terjadi adalah bertengkar.
Lebih salah lagi jika Suami menganggap beres masalah ketika istri
sudah diberinya uang yang banyak dari hasil pekerjaannya itu, sementara dia
tidak pernah memberinya perhatian, kasih sayang dan kehangatan, ditambah suami
yang jarang pulang, sering ke luar kota karena kesibukannya dalam bekerja, dia
hanya memberi kecukupan materi lahiriah sementara dia tidak bisa memberi
kecukupan batiniyah maka sang istri dengan materi yang cukup dari suaminya itu
dia akan mencari kehangatan lain untuk memenuhi kebutuhan batinnya itu di saat
suami tidak dirumah, maka jadilah tante girang dan sejenisnya.
Jika rumah tangga sudah demikian, maka terjadilah kiamat dalam rumah
tangga, untuk itu bagi kita yang bekerja aturlah secara proporsional antara
pekerjaan dan perhatian terhadap keluarga.
Jangan membawa pekerjaan kantor ke rumah, kalaupun terpaksa harus di bawa ke
rumah cukuplah pekerjaannya saja jangan dengan permasalahannya, bangunlah sikap
saling pengertian antar anggota keluarga, maka insya Allah takan terjadi
permasalahan dalam rumah tangga.
Sumber pertengkaran dalam rumah tangga yang paling rentan adalah
ketika masing-masing anggota keluarga tidak bekerja, sehingga pemenuhan
kebutuhan ekonomi tidak bisa diatasi, hingga kadang-kadang orang menghalalkan
berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan membuatnya mudah
tersinggung, bahkan dalam stadium tinggi orang bisa menggadaikan agamanya yang
penting bisa memenuhi kebutuhan hidupnya (kefakiran
itu mendekakan kepadai kekufuran), namun tidak semua demikian sebab tidak
sedikit orang yang ekonomi pas-pasan dia hidup tenang dengan rumah tangga
bahagia, jadi sifatnya relatif.
Kestabilan
ekonomi merupakan salah satu penunjang terwujudnya keluarga sakinah. Kondisi
keuangan sebuah keluarga dikatakan stabil apabila terdapat keseimbangan antara
pemasukan dan pengeluaran.
Cemburu
Cemburu yang dimaksud disini adalah cemburu seorang istri kepada
suami atau sebaliknya seorang suami yang cemburu kepada istrinya. Cemburu
adalah suatu perasaan yang muncul ketika kita merasa bahwa orang yang kita
cintai bersikap lebih mesra, lebih sayang dan
lebih romantis kepada orang lain daripada kepada kita sehingga ada
perasaan yang timbul bahwa orang itu akan mengambil orang yang kita cintai atau
kita merasa bahwa orang yang kita cintai mulai berpaling kepada orang lain dan kita
merasa tidak di perlakukan oleh orang yang kita cintai sesuai dengan porsinya.
Rasa cemburu itu sebenarnya muncul dikarenakan rasa ketakutan kita akan
kehilangan orang yang kita sayangi dan kita cintai. Tapi justru disinilah romantikanya
suami istri. Ketika seorang suami tidak punya rasa cemburu kepada istrinya atau
seorang istri tidak lagi punya rasa cemburu, malah harus dipertanyakan tentang
seberapa besar rasa memiliki yang pasangan kita punya. Hidup rumah tangga tanpa
rasa cemburu itu ibarat sayur tanpa garam, pergaulan suami istrinya menjadi
hambar karena hilangnya seni dan romantika berumah tangga.
Walaupun demikian rasa cemburu itu harus ada batasannya, jangan
sampai over dosis. Jangan sampai gara-gara suami pulang kerja telat kemudian
ketika suami datang istri mencak-mencak marah tanpa sebab dan tanpa bertanya
lebih dahulu tentang alasan keterlambatanya Curiga yang terus-terusan dan
berlebihan justru akan menjadi bencana dalam rumah tangga. Bukannya romantika
dan kebahagiaan yang didapat tapi malah justru akan mengurangi rasa cinta pada
masing-masing pasangan, lama kelamaan rasa itu akan pudar dan lenyap.
Rasa cemburu bagi suami adalah suatu keharusan, sebab jika suami
tidak punya rasa cemburu terhadap istri, berarti sama dengan merelakan istrinya
berbuat sesuatu yang dapat menjerumuskannya kedalam kehinaan dan perbuatan
kotor. Suami yang demikian berarti dia suami yang mengabaikan tanggung jawab kepemimpinannya
dan tanggung jawabnya kepada istri.
Dalam ajaran Islam menurut Hadits Riwayat (HR) Bazar dan baihaki
disebutkan ;
“Cemburu itu termasuk sebagian dari iman, dan
mizak (memasukan laki-laki lain ke rumah istrinya kemudian dibiarkannya) itu
termasuk sifat munafik”
Cemburu merupakan sebuah alat yang
ampuh untuk mempererat keharmonisan rumah tangga kan tetapi cemburu juga merupakan perbuatan
yang dapat berujung dengan pertengkaran bahkan perceraian, untuk itu kita harus
menghindarkan diri dari hal-hal yang mengakibatkan timbulnya rasa cemburu, baik
berupa ucapan, perbuatan dsb.
Untuk menghindarkan diri dari kecemburuan yang tidak benar, caranya
adalah masing-masing diantara kita menerapkan ajaran Allah dan rasulnya dalam
kehidupan berumah tangga.
Ekonomi
Ketentraman sebuah keluarga akan
sangat dipengaruhi oleh kondisi dan siatuasi ekonomi yang ada dalam keluarga
itu, apalagi kehidupan yang dilakoninya di kota yang segala sesuatunya harus dibeli,
maka pemenuhan ekonomi sangat besar konstribusinya untuk keharmonisan rumah
tangga.
Konflik-konflik dalam rumah tangga
sering terjadi karena alasan suami tidak mampu memenuhi kebutuhan ekonomi
keluarga bahkan berahir dengan tuntutan perceraian dari istri ketika ekonomi
keluarga morat marit dan suami tidak berdaya.
Oleh karena itu bagi pasangan yang
akan menikah diusahakan sudah siap untuk dapat memenuhi hajat kebutuhan
keluarganya nanti. Jikalau belum siap maka sebaiknya calon pengantin menahan
diri.
Nabi Muhammad pernah bersabda ;
Artinya “Wahai
pemuda barang siapa yang mampu dan berkeinginan untuk menikah/ kawin, maka
hendaklah dia kawin, karena sesungguhnya perkawinan itu akan memelihara
pandangan dari hal yang dilarang untuk dilihatnya.
bersambung ...